Selasa, 05 Agustus 2008

BAB III

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas definisi, pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan rasional tindakan-tindakan perawatan yang dilakukan.

1. Nyeri berhubungan dengan ischemia

Nyeri akut adealah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan atau adanya serangan mendadak atau pelan yintensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksikan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Carpenito, 2001; Nanda, 2001).

Penulis menyadari terdapat ketidakcocokan antara keluhan utama saat dikaji dan masalah keperawatan yang muncul. Yang seharusnya keluhan utamanya itu adalah nyeri bukan sesak nafas. Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri. Batasan karakteristik : laporan secara verbal atau non verbal, posisi antalgic untuk menghindari nyeri, gerakan melindungi gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai), menarik bila disentuh (Carpenito, 2001; Nanda, 2001 : 123).

Diagnosa ini muncul karena penulis menemukan data subyektif: pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri dengan skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul bila pasien bergerak atau aktivitas, nyeri dating tiba-tiba, data obyektif: ekspresi wajah meringis menahan sakit dan pasien menunjukkan lokasi nyerinya.

Diagnosa nyeri diprioritaskan pertama karena yang dikeluhkan pasien pada saat itu adalah nyerinya, dan apabila tidak segera diatasi akan mengganggu aktivitas pasien dan mengganggu rasa nyaman pasien.

Diagnosa nyeri diangkat dengan mempertimbangkan nyeri yang dirasakan pasien dan akan mengganggu pasien jika tidak segera diatasi.

Untuk mengatasi masalah ini penulis melakukan tindakan-tindakan :

a. Mengukur tanda-tanda vital, mengkaji skala, frrekuensi dan intensitas nyeri.

Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 yaitu jika terjadi nyeri akan diikuti peningkatan tekanan darah dan nadi. Pada pengkajian didapatkan skala nyeri 5 kekuatan, dengan mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji skala nyeri, tanda-tandanya serta penanganan yang tepat.

b. Melatih teknik relaksasi (melatih nafas dalam)

Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 yaitu dengan teknik relaksasi akan membuat otot-otot menjadi rileks sehingga dapat mengurangi nyeri.

Kekuatan : dengan dilakukan teknik nafas dalam diharapkan nyeri berkurang atau dapat terkontrol.

c. Menciptakan lingkungan yang tenang

Kekuatan : dengan lingkungan yang tenang diharapkan pasien dapat mencukupi waktu istirahat seperti saat tidak sakit atau dirumah.

d. Kolaborasi pemberian analgetik.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.30 WIB dengan masalah nyeri berhubungan dengan ischemia, masih terjadi dengan data subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat terkontrol dengan skala nyeri 3,kemudian data obyektif : ekspresi wajah tenang, skala nyeri berkurang menjadi 3. TD : 110/80 mmHg, N : 88x/menit, S : 36°C, RR : 24x/menit.

Hal ini didukung oleh Carpenito, 2001 : 45 yaitu memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada, menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan peredaan rasa nyeri yang memuaskan, rencana masalah nyeri teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan yaitu : kurangi aktifitas pasien, anjurkan untuk istirahat cukup.

2. Resiko Tinggi Infeksi Berhubungan dengan Pintu Masuk Organisme (port de entree)

Resiko tinggi infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh agen pathogen dan oportunis (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen dan eksogen (Carpenito, 2001 : 204).

Batasan karakteristik mayor terdapatnya tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, tumor dan fungsiolaesa) batasan karakteristik minor terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 37° C, terjadi peningkatan tekanan darah, nadi dan kemungkinan respirasi (Carpenito, 2001 : 205).

Diagnosa tersebut ditegakkan karena penulis menemukan tanda-tanda sebagai berikut : data subyektif : terpasang infus, tanda-tanda infeksi tidak muncul S : 36°C.

Diagnosa ini dijadikan diagnosa ke dua karena bila masalah tersebut tidak diatasi segera maka kemungkinan akan terjadi infeksi sehingga akan menimbulkan masalah baru dan memperlambat proses penyembuhan.

Untuk mengatasi masalah ini penulis melakukan tindakan-tindakan :

a. Memonitor tanda-tanda vital

Hal ini dilakukan agar penulis dan keluarga mengetahui tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi (Carpenito, 2001 : 205). Dengan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, RR : 22x/menit, S : 36° C, N : 76x/menit. Kekuatan : penulis dapat mengetahui perkembangan atau tanda-tanda infeksi seperti peningkatan nadi dan suhu.

b. Mengkaji tanda-tanda infeksi dan peradangan

Kekuatan : dapat mengetahui perkembangan atau tanda-tanda infeksi dan peradangan, kelemahan : jika tidak dilaksanakan tidak diketahui tanda-tanda dari infeksi atau peradangan yang dapat mengakibatkan atau mengacu terjadinya infeksi.

c. Tingkatkan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan atau tindakan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bacterial.

d. Membatasi pengunjung

Membatasi pemajanan pada bakteri atau infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu.

e. Pertahankan teknik septik antiseptik

Hal ini dilakukan untuk menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri.

f. Kolaborasi pemberian antibiotik

Antibiotik yang diberikan yaitu Ampicillin 3x1gr. Ampicillin mengandung antibiotic yang bekerja menghambat dinding sel bakteri sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi (Theodorus, 1996 : 13) sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi.

Hal ini dilakukan sesuai intruksi untuk mengobati infeksi yang terjadi dengan diberikannya obat antibiotic dapat mempercepat proses penyembuhan (Doengoes,2000 : 725).

Evaluasi pada masalah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pintu masuk mikroorganisme tidak terjadi denga data obyektif : tanda-tanda infeksi tidak muncul, infuse dilepas, tanda-tanda vital dalam batas normal.

Hal ini didukung oleh Carpenito, 2001 : 206 dengan criteria hasil yaitu memperlihatkan teknik cuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang, bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di RS, memperlihatkan pengetahuan tentan faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul adlah :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung.

Perubahan curah jantung adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung mengakibatkan gangguan fungsi jantung (Carpenito, 2001 : 44).

Diagnosa ini tidak muncul karena penulis hanya terfokus pada nyerinya saja, yang seharusnya diagnosa ini muncul karena pasien mengalami kegagalan jantung, dimana jantung gagal melakukan fungsinya sehingga terjadi penurunan kontraktilitas jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air atau menurunnya laju filtrasi glomerulus.

Kelebihan volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau intertitial (Carpenito, 2001 : 142).

Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan volume cairan seperti edema.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis karena data yang ada tidak mendukung untuk mengangkat diagnosa tersebut. Itegritas kulit masih baik, tidak ada kemerahan, turgor kulit baik.

3. Kurang Pengetahuan tentang Penyakitnya Berhubungan dengan Kurang Informasi

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan. Ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan (Carpenito, 2001 : 223).

Batasan karakteristik mayor mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan-ketrampilan/permintaan informasi, mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan, melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan. Batasan karakteristik minor kurang integritas tentang rencana pengobatan ke dalam aktifitas sehari-hari, memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi (Carpenito, 2001 : 223).

Penulis memunculkan masalah kurang pengetahuan tentang penyakitnya karena didapatkan data subyektif : pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, data obyektif : pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya, pasien tampak bingung.

Diagnosa kurang pengetahuan diprioritaskan terakhir supaya program pengobatan berjalan lancer.

Untuk mengatasi masalah ini penulis melakukan tindakan-tindakan :

a. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Penulis melakukan hal ini karena dengan mengetahui tingkat pengetahuan pasien akan mempermudah dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Kekuatan : penulis bias mengkaji pengetahuan, kelemahan : bila cara mengkaji tidak tepat dapat menyinggung perasaan pasien.

b. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga tentang gagal jantung, penyebab, tanada dan gejala, cara merawat, serta diit. Hal ini dilakuakn untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit gagal jantung dan diitnya yang baik. Kekuatan : pengetahuan pasien bertambah dan mampu menjaga kondisi dengan penyakit gagal jantung.

Evaluasi masalah kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (tentang penyaikitnya) dapat diatasi sesuai waktu dan tujuan yaitu ditunjukkan denga data subyektif : pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakitnya dan data obhyektif : pasien terlihat tenang, tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya. Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 : 725 yaitu pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya dan proses perawatannya, dapat merubah gaya hidup.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menyusun laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : CHF di Ruang Handayani F2 RSU Purbowangi Gombong”, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan system pendekatan terhadap pasien dan keluarga untuk mengetahui masalah-masalah yang muncul dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

2. Masalah-masalah keperawatan yang muncul.

a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia

b. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan informasi

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entry mikro organisme

3. Adapun tindakan-tindakan keperawatanya dilakukan penulis sesuai dengan masalah-masalah yang muncul adalah sesuai yang tertulis pada laporan.

A. SARAN

Setelah penulis menyusun laporan ini,penulis menyarankan

1.Sebelum pelaksanaan uji komprensif,sebaiknya jauh-jauh hari sebelumnya pembimbing kampus memberitahukan terlebih dahulu agar mahasiswa siap melaksanakan ujian.

2.Sistem pendukung dalam tindakan keperawatan sebaiknya ditingkatkan agar tidak menghambat jalanya kegiatan dan untuk menambah tingkat pelayanan terhadap pasien.

Semoga laporan yang penulis susun ini bermanfaat bagi yang membaca,khususnya mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong.

DAFTAR PUSTAKA


Brummer & Suddart. 2002. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.

Carpenito, L. J. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC.

Diane, Boughman. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Doenges, Marlyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Long. Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Vol. 2. Bandung : Yayasan Alummi Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Mahasiswa PSIK.B. 2001. Diagnosa Keperawatan. Nanda. Definisi dan Klafikasi. 2001-2002. Yogyakarta : FK-UGM.

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius : FKUL.

Robin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzzare C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Theodorus, 1996. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar: